Kamis, 18 Juli 2013

berhutang dan belum terbayar

iya..saya masih ingat..mempunyai cerita yang belum terselesaikan..
akan saya selesaikan..terakhir tentang bersepeda seorang diri di tanggal 1 januari 2012 kan?
well..tunggu saya (lagi) ya... :)

Kamis, 05 Januari 2012

Ada Jogja di Antara Kita



“Yogyakarta Memang Istimewa”, itulah tagline yang sering saya dengar mengenai Yogyakarta. Walaupun sampai sekarang saya masih agak sedikit bingung antara tulisan kota yang terkenal dengan Malioboronya ini. Nama kota yang benar Yogyakarta, Yogya, Jogjakarta, Djokja, Jogja atau Ngayogyakarta ya? Whatever deh..apalah arti sebuah nama hehhe. Sejak kecil saya sering banget liburan ke Jogja (akhirnya memakai nama kota yang ini aja yaa). Mulai dari SD sampai sekarang masih sering ke Jogja, banyak cerita tersimpan di kota pelajar ini. Kota ini tidak terlalu jauh (menurut saya sih) dari kota tempat tinggal saya di Semarang. Paling Cuma butuh waktu sekitar 2,5 jam perjalanan menuju Jogja. Menurut saya kota ini sangat beragam dan majemuk jika orang sastra bilang hhehe. Kuliner di Jogja sangat bervariatif mulai dari sate klathak, bakmi kadipolo, sate tambak segoro, gudeg wijilan, kopi jos, coklat monggo, dan masih banyak lagi. Selain itu suasana kota masih sangat kental dengan peradaban seni yang tinggi. Berbagai bangunan seperti tembok raja, taman sari hingga keraton yang masih terjaga dan terawat dengan sangat baik. Jalan di kota Jogja sangat bersahabat, saya bilang bersahabat karena ga seperti jalan di Semarang yang sangat banyak tanjakan hhihi. Jogja memiliki jalan yang landai dan sangat nyaman dijelajahi dengan naik motor, naik sepeda atau hingga berjalan kaki. Wisata alamnya pun ga kalah komplitnya, walaupun ga pake dua telor (emang martabak gan??). Mau pantai yang seputaran kota? Ada Parangtritis atau Samas. Coba ke daerah Gunung Kidul yang memiliki jajaran pantai bak finalis Puteri Indonesia yang kesemuanya cantik-cantik. Mau pagi, siang atau malam, Jogja memang ga ada matinya deh..yeeaaaahh.

Terdapat beberapa tempat yang ingin didatangi sampai saat ini. Pertama adalah Gembiro Loka Zoo. Tempat ini terakhir saya datangi ketika SD. Meskipun sering ke Jogja tapi tidak pernah terpikirkan untuk mampir disini. Masih sangat jelas teringat bagaimana saya berfoto dengan sodara saya (baca Orang Utan). Naik di punggung Gajah dan melihat berbagai hewan-hewan tropis. Pengen rasanya melihat kembali perubahan seperti apa Gembiro Loka sekarang. Walaupun ingatan saya agak pudar mengingat memori jaman yang telah berlalu hampir 15 tahun yang lalu itu. Semoga saja masih ada kesempatan untuk mengenang memori tersebut. Tempat kedua adalah Purawisata. Aneh ya? Hhehe. Tempat ini dahulu sangat populer dan entah saat sekarang masih sangat populer atau tidak. Masih ingat juga bagaimana senangnya bermain air hingga ga mau beranjak dari kolam renang. Naik kereta api yang mengitari kolam renang. Saya sekarang hanya bisa lewat dan mengenang masa itu. Ingin masuk ke Purawisata tapi malu karena sudah segede gabon gini hhehe.

Selanjutnya saya ingin ke pantai-pantai di daerah Gunung Kidul. Saya pernah sekali ke pantai di Gunung Kidul yaitu Pantai Baron. Saya melihat papan penunjuk jalan terdapat beberapa pantai lain. Antara lain Pantai Siung yang terkenal dengan jalur panjat tebing di karang yang konon memiliki 200 jalur pendakian yang berbeda. Atau Pantai Indrayanti yang sangat indah dan masih alami. Tour dari pantai ke pantai di Gunung Kidul mungkin perlu di agendakan. Sepertinya bakalan menjadi wisata yang membakar semangat selain kulit pastinya. ;)

Wisata alam lainnya yang ingin saya datangi adalah Air Terjun Sri Gethuk. Melihat foto-foto seorang teman yang terdapat foto sungai dengan tata cahaya yang sangat menarik. Dimana di tepi sungai tampak tebing-tebing yang mempercantik sungai. Melihat sebuah liputan di televisi, membuat tergiur untuk menjamahnya. Ga sabar rasanya pengen menjelajah di setiap sisi Goa yang terletak dekat dengan Air Terjun Sri Gethuk. Satu lagi pengen juga menjelajah hutan di kaki Gunung Merapi. Kalau tidak salah namanya adalah Klangon. Teman-teman pesepeda gunung bilang bahwa tempatnya sejuk dan masih asri. Sangat asyik mungkin bisa menjelajah sejenak menemukan keindahan alam di bagian yang jarang terjamah manusia.

diambil dari "anggawardani.blogspot.com"

Kekurangan kota Jogja sebenarnya mengenai jalanan yang kurang rapi dan sedikit terlalu padat. Hal ini menjadi wajar karena banyak pendatang yang singgah di kota ini. Entah hanya sekedar berlibur, melanjutkan sekolah di perguruan tinggi terkemuka di Indonesia bahkan Asia hingga menetap bekerja di Jogja. Situasi ini sangat berdampak pada lalu-lintas Jogja yang macet di beberapa titik. Untungnya Pemerintah Jogja tanggap dengan menciptakan alat transportasi yang mudah dan murah yaitu Trans Jogja. Selain itu Pemerintah Jogja juga menyediakan jalur khusus sepeda beserta rambu mengenai jalur alternatif bersepeda menuju suatu jalan. Rambu ini diharapkan mampu menghindarkan para pesepeda dari hiruk pikuk lalu-lintas Jogja yang mungkin bisa membahayakan keselamatan. Fasilitas ini semua diharapkan mampu merangsang masyarakat untuk menggunakan sepeda sebagai transportasi alternatif. Selain itu perlu menambah tempat sampah di beberapa titik wisata yang terbilang padat. Karena beberapa masalah pada kota wisata adalah mengenai kebersihan. Jangan sampai banyak bertebaran sampah disebabkan susahnya orang mencari tempat sampah dan harus memaksa mereka membuang sampah sembarangan.

Menang atau tidak adalah hal klasik di sebuah pertandingan. Apapun itu semoga ini bukan sekedar ajang perlombaan. Ini sebagai ajang bagi kita untuk terus menyelamatkan situs pariwisata Indonesia. Menjaga dan melestarikannya sehingga bukan hanya sebuah cerita bagi anak cucu kita kelak. Jika ditanya mengapa harus saya maka saya akan menjawab “Karena saya ingin lebih tahu mengenai Jogja”. Saya merupakan penggemar acara blusukan entah itu ditempat asing atau sebagainya. Senang mengexplore tempat baru dengan bersepeda maupun naik motor sendirian ataupun beramai-ramai. Sebelumnya saya mengucapkan terima kasih kepada @LiburanJogja yang telah menumbuhkembangkan semangat generasi bangsa untuk melestarikan situs budaya Indonesia. Semoga hal ini berguna bagi perkembangan pariwisata Indonesia di masa yang akan datang. Hhehe.

Rabu, 04 Januari 2012

trip USA di awal 2012 (part 1)

Hari pertama di tahun keramat *kata orang sih* yaitu tahun 2012. Bangun di pagi sekali adalah hal yang sangat memberatkan apalagi hari tersebut merupakan hari libur nasional. Semalam pesta tahun baru dan hingga pagi masih terasa aura euforia kegembiraan. Seperti halnya saya yang semalam baru tidur jam 1 pagi. Mau tau saya tahun baru kemana? Ga kemana-mana sih, Cuma nonton tivi di rumah sendiri bareng nyokap yang tampaknya tertidur duluan..hiks..menyedihkan ya?! Pagi ini saya bangun dengan terhuyung-huyung karena tidak tahu tiba-tiba saja kepala saya terasa sangat berat. Tetapi diantara beratnya kepala, terselip keinginan saya yang telah terpendam untuk bersepeda menuju USA. Yaaakkk..USA..tetapi bukan United States of America melainkan Ungaran-Salatiga-Ambarawa (USA) hhehe. Tiga kota yang terletak yang saling berdekatan ini menjadi tujuan bersepeda edisi ngebolang saya. Sendirian dan bersama sepeda lipat..full gowes. Seketika itu saya bangun menyiapkan sepeda yang akan digunakan, mengecek peralatan untuk kerusakan-kerusakan kecil atau bocor ban *ketok2 ubin,amit2 moga2 jangaaaan* serta raincoat buat pannier *tas yang ditaruh pada sepeda* karena tampaknya pagi ini disambut dengan mendung. Oiya,untuk jaga2 saya membawa baju cadangan tatkala jika hujan mengguyur sangat deras dan saya punya ganti bajunya. Helmet sepeda, gloves, sepatu sandal dan kacamata telah dipakai dan siap mengayuh sepeda.

Ku mulai menggowes perlahan sepeda lipatku yang telah menemani beberapa perjalanan antar kota. Selalu ada semangat lain ketika mengayuh sepeda ini, pengalaman melelahkan dan menyenangkan menjadi cerita yang tergores sepeda ini. Harga yang terbilang murah dan tidak semahal sepeda lipat merk lainnya. Tak terasa perjalananku sampai di kota Ungaran. Saya menyempatkan berfoto sejenak di depan sebuah benteng kuno di Ungaran. Saya tidak paham betul paham mengenai sejarah benteng ini, setahu saya sekarang benteng ini beralih fungsi menjadi gedung pertemuan dan pameran kesenian. Selain dimanfaatkan beberapa pemuda-pemudi yang menjalin kasih disini serta menjadi pangkalan taxi.

ini dia benteng Willem Oenarang *jaman dulu ga bisa bilang ungaran kali ya*

Saya tidak berhenti terlalu lama di Ungaran karena tujuan utama saya bukan tempat ini. Saya berlanjut mengayuh sambil menahan lapar karena saya tidak sempat sarapan *kecuali sarapan tanjakan di sepanjang perjalanan*. Langkah sepeda semakin pelan,antara mengantuk,lelah dan lapar menjadi satu. Hal yang menjadi momen indah adalah ketika menuruni turunan selepas tanjakan. Angin serasa membelai lembut dan seakan berbisik menyemangati. Serrrrr.. Akhirnya tampak terminal Bawen yang memisahkan dua arah yang berbeda,seperti tampak judul FTV nih “Antara Bawen, Salatiga dan Ambarawa” hhehe. Belokan ke kiri adalah tujuan ke Salatiga hingga Solo dan arah ke Jawa Timur biasanya melalui jalan tersebut. Sedangkan belokan ke kanan menuju Ambarawa yang menuju Yogyakarta dan sekitarnya. Jika ditarik sebuah garis akan membentuk sebuah segitiga yaitu Ungaran-Salatiga-Ambarawa yang disingkat USA. Turunan pertama setelah terminal Bawen akan melewati perkebunan kopi yang luas dan saya menyempatkan diri untuk berfoto sejenak hehhe. Berkepikiran untuk segera sarapan karena kalau tidak disempatkan sarapan bisa-bisa saya tepar di jalanan. Masa lakon tepar?? Ga seru donk.

Sebelum saya sarapan saya melewati sebuah stasiun kuno. Stasiun Toentang ini merupakan stasiun yang sudah tidak digunakan lagi dan hanya menjadi sebuah bangunan sepi. Sejenak narsis ria disini,foto di tengah rel. Untung saya selalu membawa juru foto pribadi saya yaitu mas tri (pod) hhehe..iya sebuah tripod camera digital yang mini,sangat setia menemani si camdig. Narsis sepertinya sudah sangat cukup dan setelah menimang-nimang *bukan anak ya* dan memutuskan akan sarapan soto. Tampak tertulis soto ayam dan es teh 5000. Karena sepertinya hanya ini yang sudah buka,tanpa babibu saya langsung menghajar soto ini. Tak lama soto pun lenyap terkubur dalam perut *puk2 peyut*. Sambil bertanya arah Ambarawa atau Rawa Pening, ternyata saya harus balik lagi dan belok di setelah jembatan besar. What??? Balik lagi? Setelah saya nanjak susah payah demi makan soto dan harus balik? Jam menunjukan pukul 08.59 WIB alias sudah agak pagi beranjak siang dan bagaimana kisah perjalanan selanjutnya? Apa saja yang akan ditemui? Kita tunggu cerita USA selanjutnya..keep read ‘n waiting.. :)

tampak depan dan di dalam..

di tengah rel atau di pinggir rel tetep OK kan?? :D


lebih keren sepeda atau saya ya??

Sabtu, 31 Desember 2011

Lebih dekat dengan masyarakat

Menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia adalah sebuah kehormatan dan kebanggaan tersendiri karena dipercaya oleh rakyat Indonesia untuk penyambung aspirasi rakyat kepada pemerintahan. Tugas dan tanggung jawab DPD RI senantiasa harus dilaksanakan semaksimal mungkin. Seandainya saya menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah, hal yang pertama kali adalah melihat lebih dekat mengenai apa yang telah dan sedang terjadi di daerah saya. Memahami wilayah dimana kita menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah wilayah tersebut merupakan sebuah kewajiban. Mengumpulkan data mengenai kehidupan perekonomian, pemanfaatan potensi sumber daya serta permasalahan yang terjadi dengan wilayahnya sendiri. Tidak hanya duduk dan pasif dalam menghadiri rapat pembahasan Rancangan Undang-undang (RUU). Terjun langsung ke lapangan untuk membuat analisa atas solusi yang akan dilakukan. Menyatukan aspirasi seluruh rakyat itu tidak mudah karena setiap rakyat memiliki pandangan yang berbeda. Justru dari berbagai sudut pandang ini seharusnya anggota Dewan Perwakilan Daerah lebih memiliki alternatif solusi yang lebih tepat. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk menyampaikan aspirasi kepada pemerintahan. Salah satunya melalui Dewan Perwakilan Daerah yang memang ditujukan untuk menyampaikan aspirasi rakyat pada suatu wilayah. Dewan Perwakilan Daerah dapat membuat cara penyampaian aspirasi yang lebih mudah bagi masyarakat. Pertama dengan melalui kotak-kotak yang disediakan di berbagai pusat kota. Misalnya pada mall, pasar tradisional atau tempat pelayanan publik lainnya misalnya di Kantor Pelayanan Pajak, Samsat, Kelurahan dan sebagainya. Masyarakat dapat menuliskan aspirasinya pada selembar kertas dan memasukan pada kotak yang tersedia. Seluruh lapisan masyarakat dapat memanfaatkan kotak aspirasi tersebut dengan lebih maksimal. Kedua melalui social networking seperti facebook dan twitter. Dua jejaring sosial ini sangat naik daun dimana para penggunanya sangat bervariatif. Kemudahan dalam mendapatkan informasi dapat digunakan untuk media aspirasi masyarakat kepada DPD. Diharapkan dengan kemudahan penyampaian aspirasi ini dapat merangsang daya pikir masyarakat untuk lebih kristis dan proaktif demi kemajuan daerahnya. DPD juga dapat mengadakan lomba untuk membuat masyarakat lebih mengenal DPD. Karena sebagian besar masyarakat tidak mengetahui akan fungsi dan apa itu DPD. Sosialisasi DPD kepada generasi muda juga sangat penting. Hal ini dapat menyiapkan generasi muda sebagai calon penerus bangsa yang lebih siap akan perkembangan jaman. DPD dapat melakukan sosialisasi-sosialisasi melalui seminar-seminar di perguruan tinggi. Dengan semakin masyarakat mengenal DPD, diharapkan mereka lebih respect terhadap perkembangan Indonesia melalui hal-hal kecil. Aspirasi bukan masalah hebat atau tidak hebat tetapi mampu membuat solusi yang hebat. Semoga Dewan Perwakilan Daerah mampu lebih dekat terhadap masyarakat dan mengaspirasikan hal yang sebenarnya.

Selasa, 29 November 2011

Tak Lekang Oleh Waktu : Pecinan Semarang (Semawis)


Setelah membaca Tak Lekang Oleh Waktu : Kota Lama sebenarnya ini lanjutannya dari yang itu thu..iya yang itu (haiahhh..opo jal iki). Jadi setelah kulit saya menjadi eksotis tapi tidak sehitam @RulianaLiba (hhaha..sssttt..ojo ngomong ruli yaa),saya memutuskan untuk mengakhiri perburuan poto di kota lama yang lama-lama ternyata panas juga. Ketika di sebuah perempatan tiba-tiba saya teringat jika terdapat kawasan kuliner yang buka di malam hari atau orang Semarang familiar menyebutnya dengan daerah Semawis (Semarang Wisata). Namanya daerah Pecinan Semarang yang mayoritas dihuni oleh warga Tionghoa yang berdomisili di Semarang. Jika malam sepanjang jalan yang berada di kawasan Pecinan ini ramai penjaja makanan. Mulai dari yang berbau non halal (maaf buat yang muslim), jajanan pasar, bahkan karaokean versi orang Tionghoa hingga ramalan yang katanya mendekati kebenaran. Suasananya mirip jalanan yang penuh makanan..jika penggemar kuliner kudu wajib mampir disini.

gapura selamat datang di Pecinan..arsitektur gaya Tionghoa..

Berhubung saya kesananya siang,jadi tak tampak apa-apa selain tenda-tenda yang digunakan berjualan jika malam. Saya teringat bahwa di sekitar semawis terdapat sebuah klenteng bernama Tay Kak Sie. Klenteng ini menjadi istimewa karena terdapat replika kapal Cheng Ho yang diletakkan di bantaran sungai depan klenteng. Setelah berputar lama dan lupa dimana letak klentengnya,akhirnya bisa ketemu juga. Di daerah sekitaran semawis atau plampitan ini terdapat banyak klenteng karena memang warga sekitar penganut agama konghucu. Sebenarnya di seputaran semawis terdapat kuliner lainnya juga sih seperti es campur pak ndut atau mi titte. Kapan-kapan kita bahas hal tersebut deh.

beberapa klenteng yang ada di Plampitan..

tampak depan Klenteng Tay Kak Sie dan sebuah jembatan kecil di sebelahnya..

masih di lingkungan Klenteng Tay Kak Sie dan sebuah pohon beringin..

Replika Kapal Cheng Ho..

Setelah cukup berada di seputaran semawis,akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Lapar sekali rasanya belom makan dari pagi. Bubur ayam belakang Ace Hardware menjadi pilihan untuk mengenyangkan perut pagi itu. Sudah lama saya tidak makan bubur ayam disini, mungkin ada jika setahunan lebih hhehe. Rasanya bubur itu begitu nikmat dan disempurnakan teh botol yang ademm ampe ke hati nyesss. Kenyang makan bubur ayam tidak membuat saya langsung pulang.

dua mangkok yang menemani pagiku..

lapak-lapak penjual spot kuliner erlangga..jangan tertipu gerobaknya tapi harganya..ummm..

tempat makan sederhana dengan harga sedikit luar biasa..hhehe..

Di dekat bubur ayam terdapat spot kuliner yang salah satunya menyediakan es dawet durian. Beeuuhhhh..panas-panas siapa sih yang ga ngiler melihat begituan. Langsung saja saya memesan semangkuk es dawet durian. Yummyyy..enak banget..duriannya meleleh di mulut. Jadi saya ceritakan tentang spot ini secara singkat saja ya. Terletak di belakang Ace Hardware,lokasinya berada di tengah taman yang menjadi pertigaan sebuah komplek perumahan erlangga. Spotnya tidak cukup luas dan hanya bertahtakan kursi plastik dan meja panjang. Disini terdapat beberapa penjual makanan antara lain Batagor, Bakso, Tahu Gimbal, Es Dawet durian dan es campur. Karena perut sudah kenyang maka ga nambah yang lainnya. Pas giliran bayar saya yang kaget bukan kepalang. Bagaimana tidak,Es Dawet Durian yang saya pikir harganya berkisar Rp.10.000 ternyata harga sesungguhnya adalah Rp.17.000..damn..cungkruk! Tapi ya sudahlah,toh esnya sudah di dalam perut. Seperti biasa,pulang ngagowesnya naik bis aja. Daripada capek dan besoknya kerja dengan kondisi letoy hhaha..

Perbedaan bukanlah mengenai bagaimana kita berbeda tapi bagaimana kita bisa saling mengerti..