Selasa, 29 November 2011

Tak Lekang Oleh Waktu : Pecinan Semarang (Semawis)


Setelah membaca Tak Lekang Oleh Waktu : Kota Lama sebenarnya ini lanjutannya dari yang itu thu..iya yang itu (haiahhh..opo jal iki). Jadi setelah kulit saya menjadi eksotis tapi tidak sehitam @RulianaLiba (hhaha..sssttt..ojo ngomong ruli yaa),saya memutuskan untuk mengakhiri perburuan poto di kota lama yang lama-lama ternyata panas juga. Ketika di sebuah perempatan tiba-tiba saya teringat jika terdapat kawasan kuliner yang buka di malam hari atau orang Semarang familiar menyebutnya dengan daerah Semawis (Semarang Wisata). Namanya daerah Pecinan Semarang yang mayoritas dihuni oleh warga Tionghoa yang berdomisili di Semarang. Jika malam sepanjang jalan yang berada di kawasan Pecinan ini ramai penjaja makanan. Mulai dari yang berbau non halal (maaf buat yang muslim), jajanan pasar, bahkan karaokean versi orang Tionghoa hingga ramalan yang katanya mendekati kebenaran. Suasananya mirip jalanan yang penuh makanan..jika penggemar kuliner kudu wajib mampir disini.

gapura selamat datang di Pecinan..arsitektur gaya Tionghoa..

Berhubung saya kesananya siang,jadi tak tampak apa-apa selain tenda-tenda yang digunakan berjualan jika malam. Saya teringat bahwa di sekitar semawis terdapat sebuah klenteng bernama Tay Kak Sie. Klenteng ini menjadi istimewa karena terdapat replika kapal Cheng Ho yang diletakkan di bantaran sungai depan klenteng. Setelah berputar lama dan lupa dimana letak klentengnya,akhirnya bisa ketemu juga. Di daerah sekitaran semawis atau plampitan ini terdapat banyak klenteng karena memang warga sekitar penganut agama konghucu. Sebenarnya di seputaran semawis terdapat kuliner lainnya juga sih seperti es campur pak ndut atau mi titte. Kapan-kapan kita bahas hal tersebut deh.

beberapa klenteng yang ada di Plampitan..

tampak depan Klenteng Tay Kak Sie dan sebuah jembatan kecil di sebelahnya..

masih di lingkungan Klenteng Tay Kak Sie dan sebuah pohon beringin..

Replika Kapal Cheng Ho..

Setelah cukup berada di seputaran semawis,akhirnya saya memutuskan untuk pulang. Lapar sekali rasanya belom makan dari pagi. Bubur ayam belakang Ace Hardware menjadi pilihan untuk mengenyangkan perut pagi itu. Sudah lama saya tidak makan bubur ayam disini, mungkin ada jika setahunan lebih hhehe. Rasanya bubur itu begitu nikmat dan disempurnakan teh botol yang ademm ampe ke hati nyesss. Kenyang makan bubur ayam tidak membuat saya langsung pulang.

dua mangkok yang menemani pagiku..

lapak-lapak penjual spot kuliner erlangga..jangan tertipu gerobaknya tapi harganya..ummm..

tempat makan sederhana dengan harga sedikit luar biasa..hhehe..

Di dekat bubur ayam terdapat spot kuliner yang salah satunya menyediakan es dawet durian. Beeuuhhhh..panas-panas siapa sih yang ga ngiler melihat begituan. Langsung saja saya memesan semangkuk es dawet durian. Yummyyy..enak banget..duriannya meleleh di mulut. Jadi saya ceritakan tentang spot ini secara singkat saja ya. Terletak di belakang Ace Hardware,lokasinya berada di tengah taman yang menjadi pertigaan sebuah komplek perumahan erlangga. Spotnya tidak cukup luas dan hanya bertahtakan kursi plastik dan meja panjang. Disini terdapat beberapa penjual makanan antara lain Batagor, Bakso, Tahu Gimbal, Es Dawet durian dan es campur. Karena perut sudah kenyang maka ga nambah yang lainnya. Pas giliran bayar saya yang kaget bukan kepalang. Bagaimana tidak,Es Dawet Durian yang saya pikir harganya berkisar Rp.10.000 ternyata harga sesungguhnya adalah Rp.17.000..damn..cungkruk! Tapi ya sudahlah,toh esnya sudah di dalam perut. Seperti biasa,pulang ngagowesnya naik bis aja. Daripada capek dan besoknya kerja dengan kondisi letoy hhaha..

Perbedaan bukanlah mengenai bagaimana kita berbeda tapi bagaimana kita bisa saling mengerti..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar