don't judge the food before you taste it..yummyy..perkenalkan pekerja seni dari jogjaa.
ini dia anak kecil yang buju buseett aktifnya kayak upil deh..
Pagi hari di Jogja,kebiasaan bangun pagi jadi di hotel pun masih aja ga bisa bangun siang (kecuali dipaksain). Setelah mandi dan akhirnya kita check out sekalian melakukan pekerjaan kita selanjutnya. Sop ayam klaten Pak Min, yaaakk tempat makan ini yang kita pilih untuk makan pagi yang agak telat. Saya duduk di salah satu bangku dimana di depan saya ada seorang ibu yang sedang menyuapi makanan bagi anaknya. Ini anak cowok berumur sekitar dua tahunan, putih, pakai baju kuning dan menurut saya ini anak tergolong Hiperaktif Intransitif Glitis Turmbeling Pecicilan. Konsentrasi makan saya terpecah belah oleh tingkah laku anak ini..sangat menggemaskan dan ingin ku cubit pipinya pake tang. Kasihan aja ngeliat mamanya yang kewalahan mengawasi ini bocah. Mulai dari menyusun air mineral gelas menjadi menara, mengeluarkan sedotan dan menghamburkan dari wadahnya hingga memencet-mencet sate telur puyuh hingga ambyar (duuhhh..duuhhh..Gusti..). Terakhir sebelum mamanya selesai makan dan membayar, anak ini sudah main lari-lari bak seorang sprinter jarak pendek, mana itu tempat makan pinggir jalan raya. Penjaga parkir pun ikut menjagai anak ini supaya tidak kabur kesana kemari..sabar ya buu. Setelah makan pagi perjalanan berlanjut menuju kota Magelang,setelah menyelesaikan pekerjaan sebentar di sebuah pusat keramaian kota Magelang langsung menuju Purworejo. Kota Purworejo merupakan sebuah kota kecil yang tidak beda jauh dari kota kebanyakan di Jawa Tengah. Tenang, tidak terlalu ramai, penduduk yang ramah dan sedikit panas tentunya. Tak lama singgah di kota ini, seperti biasanya menyelesaikan dan lanjut ke kota selanjutnya. Perut terasa lapar dan waktu lebih cepat beberapa jam dari jam makan siang. Sambil membayangkan bebek goreng nan lezat, akhirnya kita berhenti di tempat makan bebek goreng H.Slamet yang lumayan kondang. Lahapnya makan siang saat itu terlihat dari tiga piring nasi untuk dua orang hhehe. Langit tampak mendung dan dipastikan dalam beberapa menit akan turun hujan lebat. Dan prediksi dari pawang hujan dadakan benar juga, hujan langsung mengguyur jalanan nan panas ini. Sedikit macet di pertengahan perbatasan kebumen karena perbaikan jembatan yang membuat pengguna jalan harus saling bergantian melalui jalanan yang hanya ada satu itu. Macet pun tak terhindarkan kurang lebih ada jika satu kilometeran. Hujan semakin lebat dan kondisi jalanan semakin gelap karena beranjak malam. Ditengah perjalanan tambah seru karena pak Mus berkata dengan santainya “Doain ga bocor, soalnya ga bawa ban serep.” Alamaakk..bener-bener deh, ini kalau bocor sudah dipastikan akan menginap dalam mobil dan ga bisa ngapa-ngapain. Pukul 20.00 WIB tiba di purwokerto dengan gerimis masih merintik (halaahhh..merintik khi opo jal..). Kota ini sedikit beda ketika saya terakhir kali kesini sekitar dua tahunan yang lalu. Lebih rapi, banyak bangunan baru dan sedikit tambahan aksesoris taman kota. Tapi ada yang selalu tetap di kota ini yaitu adem dan ayem. Setelah muter-muter untuk cari penginapan dari hotel mahal (Cuma nanya apa ada kamar doang kok,untung penuh semua..syukurrr) hingga hotel seadanya. Sepertinya Purwokerto lagi ada acara hingga hotel serba penuh. Hampir beberapa kali melewati jalan yang sama dan setelah sekitar satu jam mencari akhirnya dapat juga. Itupun setelah bertanya pada salah satu hotel yang juga penuh dan pas menuju recommended hotel itu ternyata masih ada kamar. Melihat kamarnya terlebih dahulu dan ternyata nyaman plus ada tempat untuk sedikit merekap pekerjaan. Bisa jadi referensi nih, namanya Hotel Pandawa. Harga yang menurut saya murah dengan fasilitas yang lumayan walaupun ga sebagus hotel yang berbintang. Setelah mandi, langsung saja membuka netbuk buat ngerekap. Sekalian makan malam dengan hanya memesan mie rebus berdua bareng pak Mus. Sepertinya pak Mus lelah menempuh puluhan kilometer hingga kini menempuh dengan dengkuran alias molor duluan hhaha. Jam seperti biasa menunjukan tengah malam dan saatnya melepas lelah nih. Tidurrrr..a long day for that day.
ngerekap sambil liyer-liyer..beli mendoan yang merek ini katanya terkenal (bukan promosi)..
Pagi ini bangun agak siang karena pekerjaan sudah sedikit terselesaikan dan hanya beberapa tambahan sekalian bikin reporting. Sarapan sudah menanti untuk disantap,walaupun Cuma sebatang (jiaahhh..batangan makan batangan nih?? Hhehe) roti bakar dan sebuah ndol-ndolan telur rebus. Saya hanya berpikir, ini hotel bernama Indonesia banget tapi breakfast bule banget..benar-benar degradasi kebudayaan deh. Saya memutuskan pagi itu untuk langsung mandi, menyantap sarapan lalu packing dan memastikan tidak ada yang tertinggal. Check out dari hotel dan mampir ke toko oleh-oleh buat membelikan titipan dari ibu yang kebetulan pengen dibelikan mendoan khas Purwokerto serta kebetulan juga ibu berulang tahun pada hari itu..hepie bidae mom hhehe. Akhirnya perjalanan pulang ke Semarang juga,home sweet home. Bertanya kepada pak Mus kira-kira akan lewat mana dan ternyata kita ambil arah melewati Wonosobo, artinya melewati Banjarnegara dan Temanggung. Kebetulan ada beberapa hal yang bisa diselesaikan yang berkenaan dengan pekerjaan walaupun ga ada di surat tugas tapi hajar aja deh. Sampai juga di Banjarnegara, kota yang terkenal dengan es dawetnya ini. Di depan tampak ada alun-alun, karena waktu yang ga terlalu mepet kita memutuskan mampir sebentar untuk mencicipi es dawet di kota asal dawet. Agak mendung sih tapi enak-enak aja nih es dawet hhehe. Tidak lama berselang kita melanjutkan menuju Wonosobo. Berhubung sudah jam makan siang yang sedikit telat, saya sudah berencana untuk makan siang dengan mie ongklok. Apa itu mie ongklok? Itu adalah makanan khas dari Wonosobo dan ga tau darimana asal kata mie ongklok. Yang jelas mie ini mirip mie jowo Cuma dengan kuah yang kental manis dan ada kubis rebus diatasnya. Yang bikin ciri khas mie ongklok adalah mie ini dimakan dengan sate sapi yang bumbunya manis juga. Saya teringat bahwa ada warung mie ongklok yang cukup terkenal dan memang ramai dikunjungi yaitu warung mie ongklok Pak Muhadi. Jadi ketika mampir mencicipi mie ongklok jangan marah yaaa gara-gara disodorin semangkuk sate padahal kita ga pesen sate hhhehe. Kenyang sudah siang itu, lalu segera melanjutkan perjalanan dan sedikit tambahan pekerjaan di Temanggung. Hujan deras tetap menemani perjalanan kami,tampak kabut menyelimuti jalan di sekitar Wonosobo hingga Temanggung. Menempuh ratusan kilometer dalam perjalanan tak terasa telah kembali ke rumah pada malam hari. Benar-benar hari yang melelahkan. Bertemu banyak orang, mendapatkan cerita kehidupan yang baru dan menemukan motivasi lain atas sebuah perjalanan. This is my job and i enjoy what i doing. Ada beberapa kata Pak Mus yang dia bicarakan,intinya begini “Kalau bekerja ga usah mikir sesuai atau tidak sesuai antara pekerjaan dengan apa yang kita peroleh (gaji) tapi di nikmatin saja dan ga usah terlalu ngotot. Jadi semuanya terasa ringan untuk dikerjakan.” Hmmmm...benar juga adanya. Apapun jika dilakukan dengan senang hati dan sepenuh hati ternyata berbalik menyenangkan. Kita benar-benar tidak tahu bahkan tidak mengerti mengapa kita melakukan ini semua. Tapi percayalah semua ini adalah sebuah jalan akan sebuah akhir penantian (lagunya kerispatih dong). Tetap jalani apa yang kau lakukan dan percaya semua itu adalah nyata! Amin.. :)
Dawet asli dari banjarnegara dan bukan KW..ibu penjual dawet itu kuat berdiri bertahun-tahun (ya iyalah..kuwi patung massss..)..
mie ongklok yang legendaris..thu kan beneran pake sate..hmmmm..enak gilaa..
ciee..cie.. mas auditor.. jalan22... hemm...enyak enakkk... :)
BalasHapuslanjutkan ceritamu mas riu.. ^___^
awww..awwww..bu superpeser disini..marii buu hhehe..
BalasHapus