Minggu, 30 Oktober 2011

Belajar dari sebuah pencopet..

Saya sebenarnya tidak tahu mengapa saya ingin menulis ini. Judul yang tidak menarik atau pembahasan yang aneh. Tapi itulah hidup terkadang ga perlu menarik, ga perlu tampak,karena justru itulah banyak yang dilakukan mayoritas orang lainnya. Mereka yang mencoba survive di tengah kondisi yang benar-benar ga ada pilihan. Sempat terlintas dalam pikiran mereka, mengapa sih saya begini? Apa sih salah saya? Tuhan menciptakan saya apakah tanpa tujuan seperti ini? Atau saya diciptakan hanya sebagai pelengkap kehidupan? Pesimistis,yakk mereka mungkin berpikiran seperti itu. Saya mungkin bukan makhluk sempurna seperti kebanyakan orang. Tapi bukan mengenai mengapa kita tidak sempurna tapi bagaimana kita memaksimalkannya. Saya ga akan membicarakan tentang cara memaksimalkan semuanya,karena saya juga bukan apa-apa. Terlalu dini dengan umur segini jika saya merasa sok pernah melakukan segalanya. Saya hanya ingin mengajak kita berpikir sejenak,kalau ga mau berpikir juga gapapa kok. :)

Pertama,saya hanya mau bertanya hal yang bersifat situasional berikut. Bayangkan kita sedang berada di keramaian,misalnya saja kita berada di sebuah pasar tradisional. Kita sedang berbelanja sayuran (ga Cuma cewek ya yang ke pasar,sekarang kan juga emansipasi pria bookk,ya ga cyyiiinn hhehe.) Nah kita saat itu sedang membeli sayuran dan tiba saatnya untuk membayar. Kita merogoh saku kanan belakang, dimana kita biasa menyimpan dompet kita. Dan ternyata..ohh..dammmnn,dompet kita ga berada di tempat yang seharusnya. Panik, bingung, gengsi, pucat, mules, keringat dingin, rasanya udah mau “keluar” aja (sik-sik bentar,itu kejadiannya dompetnya ilang atau kebelet buang air besar mas?? Lhaa kok ono mules, keringat dingin, rasanya mau “keluar” gitu? Mbuhhlahh..) Secara refleks kita langsung menoleh tepat kebelakang kita. Jarak kira-kira lima meter di belakang kita,kemudian kita melihat pria dengan ciri-ciri kumel,hitam,gondrong dan sedang memegang dompet yang ternyata mirip punya kita. And the question is,what do you doing after you see that man? Pertama, mungkin kita akan spontan meneriakinya “Coppeeeetttt...awas dia copeettt!!” sambil menunjuk pria tersebut. Lalu semua orang melirik pria itu, menghakiminya sendiri (jebbuug...haakk dissss..prookk...juussss...praakkkk) dan akhirnya dia “the end”, wis bar tho ceritane..semmm. Atau kedua, kita nyamperin dia lalu berkata “Maaf mas, ini dompet saya terus kenapa di ambil? Masnya copet ya??” lalu kita teriak dan berseru “Waahhh..copet khi mas’e,tuluunngggg” dan kembali seisi antah berantah akan melirik ke pria itu,ambil senjata seadanya. Tukang sapu dengan sapunya, tukang jual sayuran dengan kacang panjang (mas..kacang panjang khi nganggo opo?? Nggo ngileni kuping ya?), tukang alat-alat kebun dengan cethok (jiaaahhh..cethok,mbok sing rodok sangar tho ya mas,linggis opo pacul sisan), tukang jual ikan dengan belutnya (ora kumen ahh nek iki) dan dengan tukang-tukang lainnya tidak termasuk tukang kebun dan tukang parkir apalagi tukang tidur (lha piye pek tarung,turu wae nuk yaa..) akan mulai menghujani bogem mentahh (cciiaaaattt...buugggg...prraaakkkk...guubraaakkk) dan podo wae khi tewas mesti. Atau kita mendatangi pria tersebut dan menggelandang dia ke polisi setempat. Tadi Cuma sedikit uraian hal yang mungkin akan terjadi,menakutkan yaa kitaa.

Tapi pernah ga kita memikirkan sejenak sesuatu kemungkinan dari sudut pandang pria itu. Mencoba mendengarkan apa ucapan dia,ingat mendengarkan dan bukan menilai. Pasti ada yang nyletuk “Mas..mas..nek maling ngaku penjara kebak” atau “Copet kok ndadak di takoni,sapu wae”. Oke,untuk kepentingan penyelidikan kita jadi situasi pasar dengan transaksi yang sedang terjadi, lalu-lalang pedagang dan pria tadi untuk sementara kita PAUSE dulu yaa..sttooopppp. Mari kita berpikir sejenak. Kita sebut saja pria asing yang memegang dompet itu adalah Brintik (kenapa brintik?? Lhahh..apalah arti sebuah nama). Baik,kemungkinan pertama adalah dia emang berniat mencopet dan ketahuan. Profesi dia seorang pencopet kakap di pasar tersebut (sik meneh mas,kok kakap di copet tho?? | wis ben tho,emang kakap ora entuk duwe dompet? | hasemmbuuhh mas). Dan korban yang terincar olehnya adalah kita. Kalo emang dia pencopet berarti kita tinggal eksekusi aja yaa..kelar deh. Kedua, kemungkinan brintik mencopet karena ngeliat di dompet kita yang menonjol beserta uang yang terlalu banyak. Berarti dia mencopet bukan karena niat melainkan adanya kesempatan. Nahh..kita turut sedikit andil dalam hal ini kan?? Kalau orang emang niatan ga mencopet,seharusnya dia kalo ngeliat dompet itu berarti ga mencopet donk. Tapi bagaimana jika dia terdesak (alasan klasik) kebutuhan ekonomi? Oke walaupun dia mencopet dengan alasan kesempatan yang ada,dia tetap bersalah. Kemungkinan ketiga, mungkin brintik menemukan dompet kita jatuh dan memungutnya. Dan apesnya brintik, pas memegang dan membuka dompet untuk mengetahui identitas kita sudah terlanjur terlihat oleh kita. Dan kita pun pasti sudah berpikiran negatif yang sebenarnya dipicu oleh situasi panik dan sebagainya. Kita langsung menuduhnya, memakinya dan menilai bahwa dia adalah pencopet (nasibmu tikk brintik). Kemungkinan keempat adalah kita keliru. Kok bisa keliru? Heii..emang di dunia yang walaupun cuma selebar daun kelor ini yang punya dompet jelek gitu hanya kamu doang?? Etttdaahhh..banyak yang pake thu dompet kali. Saya pas di awal kan bilang kalo “kemudian kita melihat pria dengan ciri-ciri kumel,hitam,gondrong dan sedang memegang dompet yang ternyata mirip punya kita”. Kita coba garis bawahi kata MIRIP yang berarti adalah KEMUNGKINAN. Kita sudah meneriakinnya dan menuduhnya,eh ternyata itu emang dompet si brintik dan ternyata Cuma mirip ma dompet kita. Gimana jal perasaanmu melihat semuanya itu? Malu? Atau kita bakalan kekeh bahwa dompet itu punya kita dan ga mau dianggap salah dengan situasi? (jawab sendiri deh di dalam hati).

Sebenarnya saya hanya ingin menunjukan bahwa apapun yang sudah tampak “buruk” maka akan tampak “buruk” juga di mata kita. Kita sering hidup dalam sebuah asumsi dan dinyatakan dalam sebuah pengalaman. Misalnya,kita mengasumsikan bahwa garam itu asin. Karena kita sering ketemu dengan garam yang selalu asin dan anggapan orang bahwa garam itu asin maka ketika kita melihat benda yang mirip garam kita langsung mengatakan jika itu garam dan asin. Tanpa kita mencoba menyentuhnya dan merasakannya,bisa saja itu bukan garam atau bisa aja memang garam tapi ga asin. Banyak kemungkinan di dunia ini guys,itulah hidup. Dalam bahasa akuntansi hal ini disebut kontijensi yaitu hal yang terkadang tidak dapat kita prediksi atau di luar prediksi. Kecuali kamu adalah peramal yang jitu,tepat dan akurat bak sniper. Seperti halnya masalah pencopet diatas yang baru kita pelajari (haiahhh..kayak kuliah aja mas..mas). Kita melihat deskripsi pria yang gondrong,item,kumel dan sebagainya. Image dia pada pria itu adalah dia pasti orang jahat. Pernah ga berpikir jika dia begitu karena ga punya uang buat potong rambut,beli pembersih muka atau membeli minyak wangi. Karena menurut brintik tadi buat makan saja susah apalagi semuanya itu. Kemudian terlebih lagi setelah dia memegang dompet yang mirip dengan punya kita. Bertambahlah tuduhan kita kepada dirinya tersebut tanpa kita mensilidiki ehh menyekilidi..hhmmm..m e n y e l i d i k i n y a (nah bisa kan) terlebih dahulu. Saya bukan mau memberikan gambaran bahwa kita harus baik terhadap orang jahat atau memberi hati kepada orang yang bertindak jahat. Mungkin beberapa dari kalian pasti akan berkata “coba mas,jika dalam hal ini kamu yang kecopetan” atau “gampang mas kalo Cuma ngomong,coba kenyataannya” (saya nulis lho,ga ngomong hhehe..). Iya sih,saya juga manusiawi jadi apa yang saya tuliskan diatas bisa saja saya lakukan. Umm..maksudnya begini,ada banyak sudut pandang yang bisa kita lihat. Coba sebutkan alasan mengapa bumi kita bulat? Karena udah takdir, atau biar bagus, atau biar bisa berevolusi dan berotasi, dan sebagainya. Tapi sebenarnya karena Tuhan menciptakannya dengan tidak ingin membuat sebuah sudut. Pernah diajarkan saat sekolah kan bahwa sebuah bola memiliki sudut yang tak terhingga. That is the answer,kenapa bumi kita bulat (tapi itu asumsi saya aja sih hhehe..) Jadi coba membiasakan diri untuk menilai semuanya jangan pada satu sudut pandang saja. Ibarat kita memotret suatu obyek,jika kita hanya memotret bagian depan maka hanya bagian depan yang terlihat. Kalo kita mau melihat sisi lainnya maka kita coba beranjak dari sisi lainnya untuk memotret. Tapi ada beberapa hal yang sulit dirubah dan sudah mendogma di dalam pikiran manusia. Jadi ketika kita di jalan naik motor atau sepeda pelan-pelan kemudian disalip dengan seseorang yang sangat ugal-ugalan hampir menyerempet kita. Kita pasti akan mengumpat dan ngedumel semau kita. Pernah ga kita berpikir jika si ugal-ugalan tadi sedang terburu-buru karena keluarganya sakit mendadak dan kritis, mengejar sebuah tugas kerjaan yang jika gagal dia bisa dipecat, atau apapun itu. Kita mungkin pernah mengalaminya kan? Misalnya (lagi) sebutkan satu kata jika kita mendengar beberapa kata berikut: pembunuh, pencuri, pencopet, perampok, atau penipu. Pasti kita menjawab “jahat” kan? Ada ga yang menjawab “manusia” atau “kasihan” atau “paksaan” atau “terjebak”. Seseorang yang berada di dekat korban pembunuhan dan memegang pisau belum tentu seorang penjahat. Hmmm..saya bukanlah sok tahu atau apapun itu,hanya mencoba untuk sharing apa yang menurut saya. Terakhir,ada kutipan penggalan percakapan yang saya suka dari sebuah film berjudul FORREST GUMP yang dimainkan oleh Tom Hanks. Si Forrest Gump (Tom Hanks) ini berkata “Bodoh itu adalah tergantung tindakan orang terhadap kita”. Hidup seperti kotak coklat,karena kita tidak pernah tahu apa yang kita dapatkan. Percayalah, semua takdir itu ada di tangan kita,tanganmu,tanganku,semua manusia. Genggam semuanya itu dalam doa dan usaha..selalu mencoba untuk berusaha yang terbaik,jangan jadi yang terbaik. (pikirkan sendiri ya maksudnya). :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar