Rabu, 12 Oktober 2011

Stand Up Comedy,makanan apakah kamu?

Setiap manusia sebenarnya memiliki jiwa seni di dalam diri mereka pribadi. Contohnya ketika kita berpakaian dengan mengkombinasikan warna baju atau gerakan kita ketika mengobrol,semua itu termasuk dalam seni. Sering kita mengkaitkan seni dengan kemampuan dan ketrampilan,seperti halnya melawak. Melawak adalah sebuah seni yang memadukan gerak dan suara dalam suatu pertunjukan. Tujuan akhir dari melawak yaitu membuat penonton tertawa dan terhibur. Seperti halnya dengan Stand Up Comedy yang merupakan sebuah lawakan yang dipertunjukan hanya oleh seorang pelawak yang melakukan monolog. Sebenarnya menurut sepengetahuan saya (kalau salah mohon maaf,namanya juga sepengetahuan saya hhehe..),Stand Up Comedy ini populer pada jaman Perang Dunia II yang menjadikan hiburan pada saat itu. Berawal dari negara Inggris yang kemudian menyebar ke Amerika Utara dan saat ini beberapa negara di dunia. Pertunjukan ini sangat simpel dibandingkan dengan pertunjukan lawak yang banyak beredar. Selama ini pertunjukan lawak identik dengan kumpulan orang dengan dandanan yang aneh, skenario lawakan sesuai cerita, properti yang banyak atau bahkan menggunakan bahan yang menambah sampah dunia salah satunya styrofoam. Tapi saya ga bakal membahas mengenai styrofoam dan keluarganya,mari kita kembali ke Stand Up Comedy.

Setelah beberapa stasiun televisi nasional atau lokal menayangkan acara Stand Up Comedy,banyak kota mulai terjangkit Stand Up Comedy Show (selanjutnya kita sebut ini SUCS but not SUCK.. :D ) Antara lain Bandung, Semarang, Yogyakarta, Solo dan lainnya. SUCS ini biasanya ditampilkan pada sebuah cafe dengan sebuah panggung kecil dan sebuah microphone beserta gagangnya. Kita banyak menyebut “sebuah” karena nantinya yang mementaskan SUCS ini juga “sebuah” atau kita sebut “seekor” tapi lebih baik “seorang” comic (bukan buku cerita bergambar tapi sebutan bagi penampil di Stand Up Comedy). Publikasi SUCS ini sangat unik,sebagai contoh saja di kota saya tercinta dan terpercaya (emang berita) hanya melalui media social twitter @StandUpIndoSmg serta promo via radio. Setelah sebelumnya pembukaan mic alias pemanasan di cafe daerah tembalang dengan respon yang lumayan positif maka diadakan open mic (acara SUCS itu sendiri) di adakan kali ini berada pada cafe daerah pleburan. Peserta comic mendaftar melalui twitter dan bersedia datang pada acara SUCS. Peserta tidak memerlukan syarat tertentu,mereka bisa dari kalangan mana saja. Ga peduli mau dia mahasiswa, anggota militer, dokter, tukang parkir, anggota boyband, penyiar radio, tukang ngupil, sopir, direktur apapun itu. Para comic nantinya akan menampilkan cerita monolog yang sebelumnya (biasanya) telah mereka siapkan. Bisa dari kejadian sehari-hari,isu-isu yang sedang terjadi hingga cibiran mengenai politik. Topik sangat vulgar dan hanya di SUCS inilah tidak ada yang namanya tersinggung karena semua yang dibicarakan sebatas hiburan agar semua terhibur. Semua penonton akan sama rata ketika berada pada acara dan akan tertawa bersama pula. Di antara comic mungkin hanya beberapa yang bisa membuat tertawa seluruh penonton dan (biasanya lagi) didominasi oleh public figure yang sudah terkenal (di daerahnya hhehe..) contohnya penyiar radio atau presenter televisi lokal. Bahkan (mungkin) open mic seperti ini menjadi ajang seru-seruan dan ajang gengsi bagi penyiar radio untuk siapa yang mendapatkan tepuk tangan yang paling meriah hhehe..tapi itu sah-sah saja kok. ;) Penonton Stand Up adalah penonton yang cerdas karena hanya orang-orang cerdas yang bisa tertawa (berarti yang Cuma diem aja itu ga cerdas ya??) Ga cerdas-cerdas juga sih tapi menonton Stand Up Comedy membuat kita berpikir dan melatih logika. Ada beberapa kesimpulan ketika saya menonton SUCS ini. Bukan ingin menggurui tapi hanya sekedar usul. Pertama, usul untuk properti yaitu mengenai kualitas dari mic, speaker dan panggung. Karena selain visual, SUCS sangat tergantung dengan suara (lha iya,emang apalagi coba). Jadi usahakan mic berfungsi, speaker mengeluarkan output suara yang jelas dan termasuk gagangnya mic. Kedua, kali ini untuk para penonton. Andai saja kita lebih menghargai sedikit para comic sedang nyetand up. Karena saya yakin, berdiri di depan dengan hanya sebuah mic di hadapan puluhan pasang mata yang asing sangatlah sulit dan difficult serta susah. Jadi kita coba mendengarkan dan menyaksikan mereka berkreasi serta meminimalkan obrolan yang kurang sesuai. Tetapi semua itu kembali ke pribadi masing-masing penonton, menonton SUCS bukan layaknya kuliah yang harus memperhatikan dosen. Seleksi alam disini sangat menentukan dimana yang lucu akan dihormati dan yang ga lucu akan diketawain tapi dalam hati lalu bergumam “mbak/mas..kamu lucu kok,lebih lucu lagi kalau ga usah nyetand up” alias akan dicuekin. Resiko itu pasti sudah pasti ada dan harus diterima. Ketiga, bagi para comic dengan level pemula. Bukan saya sok jago tapi sekali lagi saya hanya menjadi pengamat saja hhehe. Percaya dirilah ketika di panggung dan cuek bebek sajalah. Karena penonton sekarang pintar-pintar, mereka bisa menilai performance kalian ketika menginjakkan kaki di panggung serta ketika menatap ke depan. Kemudian cobalah ambil topik mengenai hal-hal tabu dan vulgar serta sangat familiar. Bahasa kedaerahan sangat membantu ketika nyetand up di atas panggung untuk menyampaikan materi.

Siapapun itu yang menjadi comic, saya kagum pada kalian. Karena berani tampil untuk menghibur penonton dengan sukarela. Membuat tersenyum bagi mereka yang mungkin sedang pusing dengan urusan kantor, galau karena urusan cinta, ga mau makan karena sakit, bingung karena belum menyelesaikan skripsi dan sebagainya. Semoga saja Stand Up Comedy bukan hanya sekedar trend saja,yang muncul sesaat kemudian Cuma Warm-warm chicken poop alias hangat-hangat tahi ayam lalu hilang di telan bumi (gleeekkkk). Karena acara SUCS ini bisa menjadi alternatif hiburan dan memiliki penggemar tersendiri. Saya mengakui bahwa melawak itu bukan sesuatu hal yang gampang. Walaupun penonton mencibir dan mengumpat, jangan melihat hasil sebatas itu karena usaha kalian adalah yang terbaik untuk mencoba membuat mereka tersenyum. Satu lagi hal yang kita bisa ambil dari sebuah acara ini, “Coba memandang suatu hal dari sudut yang berbeda karena tiada keterbatasan bagi kita untuk menilai semuanya itu.” Selamat berkarya dan semoga Tuhan slalu beserta kita semua. Jika ada hal yang kurang berkenan, buatlah itu berkenan karena nobody is perfect. Hhehe..

2 komentar: