Kamis, 27 Oktober 2011

Let's we talk..

Saya menuliskan sebaris kalimat judul di atas bukan karena saya ingin mengajarkan bahasa inggris atau apalah itu, walaupun yang saya tulis itu bahasa inggris. Tiba-tiba saja di ujung senja yang mulai berubah malam ini, benar-benar not feeling good. Bertepatan dengan malam jumat sih tapi ga ada hubungannya kok. Baru saja sepulang kerja dengan kantor berjarak 30an kilometer, lawan truk dan sebangsanya. Tapi entah mengapa dimanapun saya mengantor dengan jarak berapa pun saya ga pernah merasa capek ataupun mengeluh. Tidak tahu karena efek sebagai karyawan baru atau karena saya mencintai pekerjaan ini. Saya mulai duduk untuk mencoba menonton sebuah acara televisi dengan host kepala plontos dan berjudul adalah warna dasar (tau kan warna dasar itu apa,hitam dan putih dong..#upss..) Bintang tamu seorang artis yang memiliki kecantikan khas indonesia (menurut pendapat penonton di studio) Awalnya sih menarik tapi ternyata tiba-tiba saja sudah tidak menarik. Dengan masih memakai kemeja panjang putih bergaris biru serta celana kain hitam tapi tanpa sepatu pantovel, saya mencoba menengok ke teras. Trying to take a breath in outside,maybe make me feel better. Hffuuiihhhhh.. Agak mendingan sih walaupun cuma berskala 50 : 1000. Mendung mulai menyatu dengan malam,sama-sama tampak gelap hanya suara-suara gemuruh yang terdengar. Saya melirik messenger bag merah yang selalu saya bawa ke kantor,sebenarnya tas ini untuk pelengkap ketika menunggangi fixie tapi keren juga kalau buat kerja. Kemudian mengambil sebuah lipatan kecil berwarna biru, orang menyebutnya netbuk walaupun ada orang yang ga tau netbuk itu apa hhehe..#paging mbak anggun. Benda kecil ini yang setiap hari menemaniku di kantor atau di rumah,padahal ga nyangka bisa akrab juga saya dengan si mungil ini (cubit pipinya..lhohh..sejak kapan netbuk punya pipi?? | ben tho netbuk-netbukku dhewe owk). Mulai ku buka lipatannya lalu mengurupkannya atau bahasa jawanya itu men-turn-on-in gitu. Padahal sebenarnya perut udah sangat lapar karena kerjaan hari ini sebagai single fighter with strange office. Tapi ga pengen ngambil piring tapi malah ambil netbuk,jan tenannn. Setelah stand by in program,mulai ku buka software yang biasa digunakan untuk merangkai “word”. Making some “word” in a “word”. Jariku mulai beradu dengan tombol-tombol segiempat dan baku ini. Dan entah mengapa saya rindu pada obrolan-obrolan apa adanya. Sulit rasanya walau hanya sekedar mengobrol. Mungkin kita pernah merasakannya, terlalu sibuk hingga sulit berkata-kata. Atau mungkin kita sempat berkata-kata tapi menyibukkan diri. Saya dulu pernah beranggapan bahwa menulis itu adalah hal pasti,karena apapun yang kita tulis itu kelihatan dan nyata. Dan terkadang lisan itu akan hilang atau tak terdengar. Ternyata semua itu memiliki sesuatu banget (syahrini syndrome nih). Kita ganti sesuatu banget itu dengan kelemahan dan kelebihan. Menulis memang tampak nyata dan pasti. Tapi sayangnya tulisan tidak mampu menyampaikan perasaan yang sesungguhnya, tak mampu menggambarkan sebuah kebahagiaan yang asli. Coba saja kita tertawa dan Cuma menuliskan “hahahahah..” dibandingkan dengan kita tertawa lepas sesungguhnya. Nyaman manakah?? (jawab dalam hati aja yaa..) Atau jika kita mengobrol tetapi terkadang lisan tidaklah cukup. Kata orang hal yang sangat penting harus tertulis dan terbaca. Coba (lagi) bayangkan jika kita jual beli tanah tapi tanpa hitam di atas putih,Cuma ngomong dan secara lisan. Mana ada yang percaya,iya bukan? (jawab lagi dalam hati yaa) Jawaban ga ada yang salah dan bener kok,karena saya bukan guru dan hanya seorang biasa dengan cinta luar biasa..haiahhh..hhehe. Apapun itu saat ini saya hanya ingin mengobrol, membicarakan hal yang terlewati, atau apa yang kita temui. Mungkin semua kesalapahaman akan terus terjadi ketika kita bertahan dengan asumsi-asumsi yang selalu kita pendam tanpa pernah kita membicarakannya. Pernah ga sih merasakan apa yang ingin kita sampaikan itu “A” tapi orang yang ingin kita ajak bicara telah menilai “B”. Dan selalu “B” itu yang telah terdogma di pikiran dia. Ga enak sih tapi mau apalagi, sekuat apa kita merubah tampaknya susah untuk mengubah. I just smile..you can smile. Berdoa dan masih belum dikabulkan? Never mind,sesungguhnya essensi dalam berdoa adalah bukan akan dikabulkan atau tidak dikabulkannya permintaan kita. Tapi terlebih bahwa kita bersyukur dan selalu berharap. Terkadang kumpulan-kumpulan harapan ini akan membuat kita manjadi manusia sesungguhnya. Bukan berarti hanya berharap ya karena manusia sekarang itu pinter-pinter banget. Kita bilang “harapan yang membuat kita jadi manusia” lalu mereka bakalan membalas “asyik donk..ga usah berusaha”. Ckckckckck..sungguh pintar sekaligus mengenaskan. Jadilah manusia yang terseok-seok akan sebuah penderitaan dan sebarkanlah penghiburan bagi semua. Luangkanlah waktumu untuk berbicara,sedikit atau banyak hanyalah sebuah ukuran. Suara yang nyata mungkin sangat di inginkan daripada sekedar pesan singkat, bebe’em atau yang klasik seperti surat. Apapun yang saya tulis ini tak cukup hanya sekedar tulisan. Maaf jika tulisan ini telah kalian baca dan kemudian berujar “apa sih,tulisan sampah ini”. :)

Secarik senyumku di atas tak cukup mewakili perasaan maaf ku..tapi apapun itu “Let’s we talk..” Tapi ya sudahlah jika tulisan ini hanya sebuah tulisan. Hmmm..hujan telah turun dengan derasnya dan lagu Kerispatih dengan “Lagu Rindu” membuatku ingin kembali masuk ke rumah. Menyiapkan segalanya untuk besok pagi,karena masih ada berkas-berkas yang harus disiapkan untuk kerjaan besok. Maklum masih menjadi buruh..keep on spirit guys ‘n always keep smile although your smile is ugly hhehe..just kidding..coz every smile is beautiful. :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar