Minggu, 30 Oktober 2011

Belajar dari sebuah pencopet..

Saya sebenarnya tidak tahu mengapa saya ingin menulis ini. Judul yang tidak menarik atau pembahasan yang aneh. Tapi itulah hidup terkadang ga perlu menarik, ga perlu tampak,karena justru itulah banyak yang dilakukan mayoritas orang lainnya. Mereka yang mencoba survive di tengah kondisi yang benar-benar ga ada pilihan. Sempat terlintas dalam pikiran mereka, mengapa sih saya begini? Apa sih salah saya? Tuhan menciptakan saya apakah tanpa tujuan seperti ini? Atau saya diciptakan hanya sebagai pelengkap kehidupan? Pesimistis,yakk mereka mungkin berpikiran seperti itu. Saya mungkin bukan makhluk sempurna seperti kebanyakan orang. Tapi bukan mengenai mengapa kita tidak sempurna tapi bagaimana kita memaksimalkannya. Saya ga akan membicarakan tentang cara memaksimalkan semuanya,karena saya juga bukan apa-apa. Terlalu dini dengan umur segini jika saya merasa sok pernah melakukan segalanya. Saya hanya ingin mengajak kita berpikir sejenak,kalau ga mau berpikir juga gapapa kok. :)

Pertama,saya hanya mau bertanya hal yang bersifat situasional berikut. Bayangkan kita sedang berada di keramaian,misalnya saja kita berada di sebuah pasar tradisional. Kita sedang berbelanja sayuran (ga Cuma cewek ya yang ke pasar,sekarang kan juga emansipasi pria bookk,ya ga cyyiiinn hhehe.) Nah kita saat itu sedang membeli sayuran dan tiba saatnya untuk membayar. Kita merogoh saku kanan belakang, dimana kita biasa menyimpan dompet kita. Dan ternyata..ohh..dammmnn,dompet kita ga berada di tempat yang seharusnya. Panik, bingung, gengsi, pucat, mules, keringat dingin, rasanya udah mau “keluar” aja (sik-sik bentar,itu kejadiannya dompetnya ilang atau kebelet buang air besar mas?? Lhaa kok ono mules, keringat dingin, rasanya mau “keluar” gitu? Mbuhhlahh..) Secara refleks kita langsung menoleh tepat kebelakang kita. Jarak kira-kira lima meter di belakang kita,kemudian kita melihat pria dengan ciri-ciri kumel,hitam,gondrong dan sedang memegang dompet yang ternyata mirip punya kita. And the question is,what do you doing after you see that man? Pertama, mungkin kita akan spontan meneriakinya “Coppeeeetttt...awas dia copeettt!!” sambil menunjuk pria tersebut. Lalu semua orang melirik pria itu, menghakiminya sendiri (jebbuug...haakk dissss..prookk...juussss...praakkkk) dan akhirnya dia “the end”, wis bar tho ceritane..semmm. Atau kedua, kita nyamperin dia lalu berkata “Maaf mas, ini dompet saya terus kenapa di ambil? Masnya copet ya??” lalu kita teriak dan berseru “Waahhh..copet khi mas’e,tuluunngggg” dan kembali seisi antah berantah akan melirik ke pria itu,ambil senjata seadanya. Tukang sapu dengan sapunya, tukang jual sayuran dengan kacang panjang (mas..kacang panjang khi nganggo opo?? Nggo ngileni kuping ya?), tukang alat-alat kebun dengan cethok (jiaaahhh..cethok,mbok sing rodok sangar tho ya mas,linggis opo pacul sisan), tukang jual ikan dengan belutnya (ora kumen ahh nek iki) dan dengan tukang-tukang lainnya tidak termasuk tukang kebun dan tukang parkir apalagi tukang tidur (lha piye pek tarung,turu wae nuk yaa..) akan mulai menghujani bogem mentahh (cciiaaaattt...buugggg...prraaakkkk...guubraaakkk) dan podo wae khi tewas mesti. Atau kita mendatangi pria tersebut dan menggelandang dia ke polisi setempat. Tadi Cuma sedikit uraian hal yang mungkin akan terjadi,menakutkan yaa kitaa.

Tapi pernah ga kita memikirkan sejenak sesuatu kemungkinan dari sudut pandang pria itu. Mencoba mendengarkan apa ucapan dia,ingat mendengarkan dan bukan menilai. Pasti ada yang nyletuk “Mas..mas..nek maling ngaku penjara kebak” atau “Copet kok ndadak di takoni,sapu wae”. Oke,untuk kepentingan penyelidikan kita jadi situasi pasar dengan transaksi yang sedang terjadi, lalu-lalang pedagang dan pria tadi untuk sementara kita PAUSE dulu yaa..sttooopppp. Mari kita berpikir sejenak. Kita sebut saja pria asing yang memegang dompet itu adalah Brintik (kenapa brintik?? Lhahh..apalah arti sebuah nama). Baik,kemungkinan pertama adalah dia emang berniat mencopet dan ketahuan. Profesi dia seorang pencopet kakap di pasar tersebut (sik meneh mas,kok kakap di copet tho?? | wis ben tho,emang kakap ora entuk duwe dompet? | hasemmbuuhh mas). Dan korban yang terincar olehnya adalah kita. Kalo emang dia pencopet berarti kita tinggal eksekusi aja yaa..kelar deh. Kedua, kemungkinan brintik mencopet karena ngeliat di dompet kita yang menonjol beserta uang yang terlalu banyak. Berarti dia mencopet bukan karena niat melainkan adanya kesempatan. Nahh..kita turut sedikit andil dalam hal ini kan?? Kalau orang emang niatan ga mencopet,seharusnya dia kalo ngeliat dompet itu berarti ga mencopet donk. Tapi bagaimana jika dia terdesak (alasan klasik) kebutuhan ekonomi? Oke walaupun dia mencopet dengan alasan kesempatan yang ada,dia tetap bersalah. Kemungkinan ketiga, mungkin brintik menemukan dompet kita jatuh dan memungutnya. Dan apesnya brintik, pas memegang dan membuka dompet untuk mengetahui identitas kita sudah terlanjur terlihat oleh kita. Dan kita pun pasti sudah berpikiran negatif yang sebenarnya dipicu oleh situasi panik dan sebagainya. Kita langsung menuduhnya, memakinya dan menilai bahwa dia adalah pencopet (nasibmu tikk brintik). Kemungkinan keempat adalah kita keliru. Kok bisa keliru? Heii..emang di dunia yang walaupun cuma selebar daun kelor ini yang punya dompet jelek gitu hanya kamu doang?? Etttdaahhh..banyak yang pake thu dompet kali. Saya pas di awal kan bilang kalo “kemudian kita melihat pria dengan ciri-ciri kumel,hitam,gondrong dan sedang memegang dompet yang ternyata mirip punya kita”. Kita coba garis bawahi kata MIRIP yang berarti adalah KEMUNGKINAN. Kita sudah meneriakinnya dan menuduhnya,eh ternyata itu emang dompet si brintik dan ternyata Cuma mirip ma dompet kita. Gimana jal perasaanmu melihat semuanya itu? Malu? Atau kita bakalan kekeh bahwa dompet itu punya kita dan ga mau dianggap salah dengan situasi? (jawab sendiri deh di dalam hati).

Sebenarnya saya hanya ingin menunjukan bahwa apapun yang sudah tampak “buruk” maka akan tampak “buruk” juga di mata kita. Kita sering hidup dalam sebuah asumsi dan dinyatakan dalam sebuah pengalaman. Misalnya,kita mengasumsikan bahwa garam itu asin. Karena kita sering ketemu dengan garam yang selalu asin dan anggapan orang bahwa garam itu asin maka ketika kita melihat benda yang mirip garam kita langsung mengatakan jika itu garam dan asin. Tanpa kita mencoba menyentuhnya dan merasakannya,bisa saja itu bukan garam atau bisa aja memang garam tapi ga asin. Banyak kemungkinan di dunia ini guys,itulah hidup. Dalam bahasa akuntansi hal ini disebut kontijensi yaitu hal yang terkadang tidak dapat kita prediksi atau di luar prediksi. Kecuali kamu adalah peramal yang jitu,tepat dan akurat bak sniper. Seperti halnya masalah pencopet diatas yang baru kita pelajari (haiahhh..kayak kuliah aja mas..mas). Kita melihat deskripsi pria yang gondrong,item,kumel dan sebagainya. Image dia pada pria itu adalah dia pasti orang jahat. Pernah ga berpikir jika dia begitu karena ga punya uang buat potong rambut,beli pembersih muka atau membeli minyak wangi. Karena menurut brintik tadi buat makan saja susah apalagi semuanya itu. Kemudian terlebih lagi setelah dia memegang dompet yang mirip dengan punya kita. Bertambahlah tuduhan kita kepada dirinya tersebut tanpa kita mensilidiki ehh menyekilidi..hhmmm..m e n y e l i d i k i n y a (nah bisa kan) terlebih dahulu. Saya bukan mau memberikan gambaran bahwa kita harus baik terhadap orang jahat atau memberi hati kepada orang yang bertindak jahat. Mungkin beberapa dari kalian pasti akan berkata “coba mas,jika dalam hal ini kamu yang kecopetan” atau “gampang mas kalo Cuma ngomong,coba kenyataannya” (saya nulis lho,ga ngomong hhehe..). Iya sih,saya juga manusiawi jadi apa yang saya tuliskan diatas bisa saja saya lakukan. Umm..maksudnya begini,ada banyak sudut pandang yang bisa kita lihat. Coba sebutkan alasan mengapa bumi kita bulat? Karena udah takdir, atau biar bagus, atau biar bisa berevolusi dan berotasi, dan sebagainya. Tapi sebenarnya karena Tuhan menciptakannya dengan tidak ingin membuat sebuah sudut. Pernah diajarkan saat sekolah kan bahwa sebuah bola memiliki sudut yang tak terhingga. That is the answer,kenapa bumi kita bulat (tapi itu asumsi saya aja sih hhehe..) Jadi coba membiasakan diri untuk menilai semuanya jangan pada satu sudut pandang saja. Ibarat kita memotret suatu obyek,jika kita hanya memotret bagian depan maka hanya bagian depan yang terlihat. Kalo kita mau melihat sisi lainnya maka kita coba beranjak dari sisi lainnya untuk memotret. Tapi ada beberapa hal yang sulit dirubah dan sudah mendogma di dalam pikiran manusia. Jadi ketika kita di jalan naik motor atau sepeda pelan-pelan kemudian disalip dengan seseorang yang sangat ugal-ugalan hampir menyerempet kita. Kita pasti akan mengumpat dan ngedumel semau kita. Pernah ga kita berpikir jika si ugal-ugalan tadi sedang terburu-buru karena keluarganya sakit mendadak dan kritis, mengejar sebuah tugas kerjaan yang jika gagal dia bisa dipecat, atau apapun itu. Kita mungkin pernah mengalaminya kan? Misalnya (lagi) sebutkan satu kata jika kita mendengar beberapa kata berikut: pembunuh, pencuri, pencopet, perampok, atau penipu. Pasti kita menjawab “jahat” kan? Ada ga yang menjawab “manusia” atau “kasihan” atau “paksaan” atau “terjebak”. Seseorang yang berada di dekat korban pembunuhan dan memegang pisau belum tentu seorang penjahat. Hmmm..saya bukanlah sok tahu atau apapun itu,hanya mencoba untuk sharing apa yang menurut saya. Terakhir,ada kutipan penggalan percakapan yang saya suka dari sebuah film berjudul FORREST GUMP yang dimainkan oleh Tom Hanks. Si Forrest Gump (Tom Hanks) ini berkata “Bodoh itu adalah tergantung tindakan orang terhadap kita”. Hidup seperti kotak coklat,karena kita tidak pernah tahu apa yang kita dapatkan. Percayalah, semua takdir itu ada di tangan kita,tanganmu,tanganku,semua manusia. Genggam semuanya itu dalam doa dan usaha..selalu mencoba untuk berusaha yang terbaik,jangan jadi yang terbaik. (pikirkan sendiri ya maksudnya). :)

Kamis, 27 Oktober 2011

Let's we talk..

Saya menuliskan sebaris kalimat judul di atas bukan karena saya ingin mengajarkan bahasa inggris atau apalah itu, walaupun yang saya tulis itu bahasa inggris. Tiba-tiba saja di ujung senja yang mulai berubah malam ini, benar-benar not feeling good. Bertepatan dengan malam jumat sih tapi ga ada hubungannya kok. Baru saja sepulang kerja dengan kantor berjarak 30an kilometer, lawan truk dan sebangsanya. Tapi entah mengapa dimanapun saya mengantor dengan jarak berapa pun saya ga pernah merasa capek ataupun mengeluh. Tidak tahu karena efek sebagai karyawan baru atau karena saya mencintai pekerjaan ini. Saya mulai duduk untuk mencoba menonton sebuah acara televisi dengan host kepala plontos dan berjudul adalah warna dasar (tau kan warna dasar itu apa,hitam dan putih dong..#upss..) Bintang tamu seorang artis yang memiliki kecantikan khas indonesia (menurut pendapat penonton di studio) Awalnya sih menarik tapi ternyata tiba-tiba saja sudah tidak menarik. Dengan masih memakai kemeja panjang putih bergaris biru serta celana kain hitam tapi tanpa sepatu pantovel, saya mencoba menengok ke teras. Trying to take a breath in outside,maybe make me feel better. Hffuuiihhhhh.. Agak mendingan sih walaupun cuma berskala 50 : 1000. Mendung mulai menyatu dengan malam,sama-sama tampak gelap hanya suara-suara gemuruh yang terdengar. Saya melirik messenger bag merah yang selalu saya bawa ke kantor,sebenarnya tas ini untuk pelengkap ketika menunggangi fixie tapi keren juga kalau buat kerja. Kemudian mengambil sebuah lipatan kecil berwarna biru, orang menyebutnya netbuk walaupun ada orang yang ga tau netbuk itu apa hhehe..#paging mbak anggun. Benda kecil ini yang setiap hari menemaniku di kantor atau di rumah,padahal ga nyangka bisa akrab juga saya dengan si mungil ini (cubit pipinya..lhohh..sejak kapan netbuk punya pipi?? | ben tho netbuk-netbukku dhewe owk). Mulai ku buka lipatannya lalu mengurupkannya atau bahasa jawanya itu men-turn-on-in gitu. Padahal sebenarnya perut udah sangat lapar karena kerjaan hari ini sebagai single fighter with strange office. Tapi ga pengen ngambil piring tapi malah ambil netbuk,jan tenannn. Setelah stand by in program,mulai ku buka software yang biasa digunakan untuk merangkai “word”. Making some “word” in a “word”. Jariku mulai beradu dengan tombol-tombol segiempat dan baku ini. Dan entah mengapa saya rindu pada obrolan-obrolan apa adanya. Sulit rasanya walau hanya sekedar mengobrol. Mungkin kita pernah merasakannya, terlalu sibuk hingga sulit berkata-kata. Atau mungkin kita sempat berkata-kata tapi menyibukkan diri. Saya dulu pernah beranggapan bahwa menulis itu adalah hal pasti,karena apapun yang kita tulis itu kelihatan dan nyata. Dan terkadang lisan itu akan hilang atau tak terdengar. Ternyata semua itu memiliki sesuatu banget (syahrini syndrome nih). Kita ganti sesuatu banget itu dengan kelemahan dan kelebihan. Menulis memang tampak nyata dan pasti. Tapi sayangnya tulisan tidak mampu menyampaikan perasaan yang sesungguhnya, tak mampu menggambarkan sebuah kebahagiaan yang asli. Coba saja kita tertawa dan Cuma menuliskan “hahahahah..” dibandingkan dengan kita tertawa lepas sesungguhnya. Nyaman manakah?? (jawab dalam hati aja yaa..) Atau jika kita mengobrol tetapi terkadang lisan tidaklah cukup. Kata orang hal yang sangat penting harus tertulis dan terbaca. Coba (lagi) bayangkan jika kita jual beli tanah tapi tanpa hitam di atas putih,Cuma ngomong dan secara lisan. Mana ada yang percaya,iya bukan? (jawab lagi dalam hati yaa) Jawaban ga ada yang salah dan bener kok,karena saya bukan guru dan hanya seorang biasa dengan cinta luar biasa..haiahhh..hhehe. Apapun itu saat ini saya hanya ingin mengobrol, membicarakan hal yang terlewati, atau apa yang kita temui. Mungkin semua kesalapahaman akan terus terjadi ketika kita bertahan dengan asumsi-asumsi yang selalu kita pendam tanpa pernah kita membicarakannya. Pernah ga sih merasakan apa yang ingin kita sampaikan itu “A” tapi orang yang ingin kita ajak bicara telah menilai “B”. Dan selalu “B” itu yang telah terdogma di pikiran dia. Ga enak sih tapi mau apalagi, sekuat apa kita merubah tampaknya susah untuk mengubah. I just smile..you can smile. Berdoa dan masih belum dikabulkan? Never mind,sesungguhnya essensi dalam berdoa adalah bukan akan dikabulkan atau tidak dikabulkannya permintaan kita. Tapi terlebih bahwa kita bersyukur dan selalu berharap. Terkadang kumpulan-kumpulan harapan ini akan membuat kita manjadi manusia sesungguhnya. Bukan berarti hanya berharap ya karena manusia sekarang itu pinter-pinter banget. Kita bilang “harapan yang membuat kita jadi manusia” lalu mereka bakalan membalas “asyik donk..ga usah berusaha”. Ckckckckck..sungguh pintar sekaligus mengenaskan. Jadilah manusia yang terseok-seok akan sebuah penderitaan dan sebarkanlah penghiburan bagi semua. Luangkanlah waktumu untuk berbicara,sedikit atau banyak hanyalah sebuah ukuran. Suara yang nyata mungkin sangat di inginkan daripada sekedar pesan singkat, bebe’em atau yang klasik seperti surat. Apapun yang saya tulis ini tak cukup hanya sekedar tulisan. Maaf jika tulisan ini telah kalian baca dan kemudian berujar “apa sih,tulisan sampah ini”. :)

Secarik senyumku di atas tak cukup mewakili perasaan maaf ku..tapi apapun itu “Let’s we talk..” Tapi ya sudahlah jika tulisan ini hanya sebuah tulisan. Hmmm..hujan telah turun dengan derasnya dan lagu Kerispatih dengan “Lagu Rindu” membuatku ingin kembali masuk ke rumah. Menyiapkan segalanya untuk besok pagi,karena masih ada berkas-berkas yang harus disiapkan untuk kerjaan besok. Maklum masih menjadi buruh..keep on spirit guys ‘n always keep smile although your smile is ugly hhehe..just kidding..coz every smile is beautiful. :)

Selasa, 25 Oktober 2011

Sate kemronyos..bikin gembrobyos..joss..

Hmmm..sabtu yang indah begini nikmat jika harus libur..jalan-jalan..atau apapun yang bisa membuat kita fun. But not me,saya harus masuk kerja walaupun hanya setengah hari. That’s life must struggle ‘n i’m happy for this. Ga semua orang diberi kesempatan bekerja dan itulah alasan saya slalu bersemangat (selain pesanmu yang masih ku simpan untuk tidak menye..yakkk lanjut ke netbuk). Seperti biasa,rutinitas pagi sebelum ngantor adalah bangun jam 5 pagi. Sambil tetap terjaga dan belum beranjak dari tempat tidur,baru setengah jam setelah itu langsung mandi. Sarapan alakadarnya (kalau ada) trus tancap gas dari rumah jam 06.45 WIB. Perjalanan ke kantor menempuh 35 menit jika santai dan 30 menit jika agak ga santai (kok Cuma terpaut 5 menit??). Dan sampailah di kantor setengah jam dengan menjulurkan (emang lidah mas??) jempol untuk di verifikasi absensi,nek boso jowone khi “FingerScan”. Setelah bekerja setengah hari,biasanya jam 12 kita makan siang. Karena setengah hari maka tidak ada jam makan siang,sehingga jam 1 umumnya pada pulang. Tapi jika makan siang jam 12 maka pulangnya agak mundur sedikit.


silahkan memilih menu yang anda suka..lalu raciklah makanan yang anda pilih..sekalian poto dan pajanglah disana yaaa..(jangan lupa bayar juga)


Kemudian saya dan teman saya seruangan,Cornel telah berencana makan siang rame-rame. Di seputaran kantor agak kearah barat ada jual sate enak dan terkenal. Ga Cuma sate sih ada juga gulai, tengkleng, tongseng dan sop buntut (beuuuhhh..kolesterol kabeh ndengg). Kita memutuskan untuk nongkrong disitu dan mengajak teman dari ruangan lain supaya mau ikut juga. Setelah pemprovokasian akhirnya terkumpul beberapa peminat. Dari tim HRD ada si arsen homo,ga homo sih Cuma penampilannya aja hhahaha..sori senn. Lalu ada mas Yustinus, dengan perawakan ga kurus alias gendut dari tim IT. Kusuma,seorang programmer yang lagi berproyek di perusahaan ini. Orang asli jakarta dan belum lama di Semarang karena dia nomadden. Kemudian teman ruangan saya Cornel dan saya sendiri tentunya. Dengan mengendarai motor masing-masing kita menuju tempat sate itu. Nama warungnya adalah “Kemronyos”. Itu adalah bahasa jawa yang artinya kalau di Indonesiakan adalah Kemranyas (opo bedane ndeng mbek kemronyos | bedo tho ndeng,nek boso jowo nganggo “o”,nek boso indonesia diganti “a”,yo rak? | hasembuhhh ndeng,kenthir kuwe | wehhh..malah ngejak geger owk piye | ngejak opo kuwe??tarung po piye?) *abaikan saja percakapan dua buah tangan barusan* Kemronyos itu mirip seperti keslomot (opo meneh jal kuwi?) jadi itu ummm..(wasemb jeneng warung sate wae njelaske’ne angel tenan,cungkruk owk iki). Pokoknya artinya sebelas dua belas ma tersulut gitu deh. Pokoknya gitu ya,nah pengunjung disini sangat ramai. Saya pertama kali diajak makan disini bersama Om Bambang, Tante Sita, Amel dan Eriel,seru banget makan rame-rame gini. Dulu kita memesan menu by phone pas di dalam mobil. Takut ga kebagian dan kehabisan,jadi kita telepon trus dimasakin nah pas kita nyampai tinggal melahap saja tanpa menunggu (wenaaakk naannnn). Beruntung deh rasanya jika pesan masih ada satenya,karena numero uno disini. Setelah duduk akhirnya kita mulai memesan makanan,saya,cornel dan mas Yus sepakat memesan sate kambing lalu arsen dan mas kus sepakat menu tongseng. Saya jelaskan sedikit, sate disini ada dua macam yaitu mau sate campuran (komposisi pada tusukan ada gajih dan daging) atau sate daging (komposisi pada tusukan yo mesti daging tok tho yaa). Saya sudah lama sekali ga makan sate nih,jadi ngidam-ngidam sate gitu deh. Pesanan kita akhirnya sudah datang. Pertama yang di sajikan adalah piring dengan nasi putih kemudian satu piring lagi berisi kecap,kemudian dengan potongan tomat, bawang merah serta ulekan cabe. Itu bagi pemesan sate,diharapkan dapat meracik sendiri bumbunya. Sate akan diantarkan dengan seperangkat hot plate yang sangat panas,kalau ga percaya jilat saja hot platenya. Namanya juga hot plate,nek ora panas jenenge ora hot plate nduk cah ayu koyo yuyu. Jangan kelamaan menaruh satemu di hot plate,karena menurut hukum fisika nanti bisa gosong. Mudeng ora??? Woooo...ndesoo hhehe. Nyaammm..nyammmmm..akhirnya kita semua melahap semuanya dengan mantab. Yaakkkk,saatnya kita mentotal setelah melahapnya. Saya ceritain punya saya aja ya,nasi putih,sate kambing 1 porsi (isi sejinah alias sepuluh) dan es teh manis habis Rp.32.500. Lumayan lah untuk citarasa sate kambing ini. Disini pun terlihat kumpulan foto-foto beberapa pejabat dan artis yang pernah ngicipi makanan disini. Tempatnya ga terlalu luas dan jauh dari kesan mewah. Luas kedai ini hanya 4 meter kali 8 meter saja (tapi maaf, nilai matematika saya jelek dan hasil pengukuran saya pun bisa sedikit meleset..harap maklum hhehe..). Tapi jika citarasa,tempat ini boleh di adu. Letaknya di jalan puri anjasmoro,jika dari arah siliwangi belok aja ke gapura PRPP dan setelah melewati rel tengoklah ke kanan siapa tau ada tim wara-wiri wehhh..weehhh..wweeehh..weeehhhh. Maksudnya thu warung sate berada di sebelah kanan ga jauh dari rel tadi. Kalau kebingungan mencarinya bisa telpon saya untuk meminta petunjuk. Selama jam kerja dan jangan lupa traktirannya yaa. Haiahhh hhehehe.. salam kulineran semarang,besok-besok tak bahas lagi kulineran ndek semarang ya (boso semarangan semawis ndenggg). Semangaaattt!!!